KUPANG, Metasatu.com – Penggunaan atribut budaya dalam memeriahkan Hari Pendidikan Nasional tahun 2022 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjadi bagian dari indikator Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. Bukan hanya pelajar, guru dan pejabat di lingkungan Pemprov NTT juga mengenakan baju adat.
“Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam nuansa kebudayaan. Tujuan kami menggunakan pakaian adat adalah untuk melestarikan kearifan lokal budaya NTT,” ujar Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Henderina Sintiche Laiskodat dalam jumpa pers bersama awak media di aula Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Jumat (13/5/2022).
Menurut Henderina, yang juga Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD NTT), merdeka belajar itu adalah konsep visioner dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud).
“Merdeka belajar itu adalah siswa memilih minatnya sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan meskipun hantaman pandemi selama 2 tahun itu tidak membuat timnya patah semangat dalam menciptakan inovasi yang bertujuan untuk menjaring serta memberdayakan talenta muda di seluruh pelosok NTT, terutama dalam bidang literasi. Slogan ‘Pimpin Pemulihan, Bergerak Untuk Merdeka Belajar’ menjadi role model dalam berkarya.
Sementara, Bunda Baca Provinsi NTT Julie Sutrisno Laiskodat pun mengatakan dengan membaca, kita akan tahu banyak hal. Di samping memberikan cara pandangan baru untuk melihat dunia dengan kacamata yang lebih jernih dan kompleks.
“Makanya di setiap kabupaten saya selalu wajibkan untuk mensyaratkan literasi per kabupaten/kota. Memang di NTT baru terlaksana di Lembata dan Nagakeo, dan tahun ini ada tambatahan 5 kabupaten lagi,” kata Julie.
Ditambahkan, pihaknya akan berkolaborasi dengan Plt Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT untuk memantau anak-anak Disibilitas di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS).
Karena di ajang citra ini, pihaknya memiliki kesempatan untuk mempresentasikan karya anak-anak, khususnya SLB. Meskipun mereka memiliki keterbatassan dalam hal apa pun, tetapi mereka juga memiliki potensi yang nantinya berguna bagi rakyat NTT.
“Saya juga tidak akan mendengar lagi laporan-laporan dari berbagai sekolah menyangkut anak didik ataupun guru dihukum. Tetapi saya ingin mendengar potensi-potensi dari peserta didik yang bermanfaat bagi kemajuan sumber daya manusia NTT ke depan,” tegasnya kader Partai NasDem ini.
Julie Laiskodat dan Henderina pun berharap HARDIKNAS jangan hanya sebatas peringatan formalitas saja, tetapi menjadi momentum yang tepat untuk memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk menampilkan kreativitas mereka dalam bidang apa pun. Selain sebagai ruang untuk memperkenalkan karya tenunan khas NTT yang sudah mendunia.