Metasatu.com – Cerita pilu tentang tenaga kerja Indonesia di luar negeri atau buruh migran di Malaysia tidak pernah ada habisnya. Terbaru, ratusan buruh migran Indonesia meninggal dunia di pusat penahanan Malaysia. Pemerintah bisa apa?
Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) menyebut, kurun waktu 2021-2022 saja setidaknya sudah 149 buruh migran asal Indonesia yang meninggal di 5 Depot Tahanan Imigresen (DTI) yang berada di wilayah Sabah.
Belum diketahui kondisi serupa di DTI lainnya mengingat Malaysia memiliki pintu masuk dan pusat-pusat penahanan bagi buruh migran yang dianggap bermasalah seperti tanpa dokumen keimigrasian hingga melakukan tindak kriminal.
Penyebab kematian para “pahlawan devisa” itu masih belum jelas. Namun perlakuan tidak manusia dan tindak kekerasan diduga kuat menjadi penyebabnya.
Kementerian Luar Negari Indonesia, dalam keterangan pers Kamis (30/6/2022) menyebut, penyebab utama kematian warga Indonesia di Malaysia karena keterlambatan pemulangan akibat pembatasan perjalanan selama pandemi.
Merujuk data Kemenlu, buruh yang meninggal di DTI Sabah hanya berjumlah 25 orang. Hal itu didasarkan dari hasil pertemuan dengan DTI Sabah yang menerangkan pada 2021 terdapat 18 orang yang meninggal, dan periode Januari hingga Juni 2022 sebanyak 7 orang.
Mengutip Kompas, Ketua Pusat Studi Imigrasi Migrant Care Anis Hidayah mengatakan pihaknya pernah melakukan riset dan menerima laporan dari para deportan. Riset dan laporan tersebut menyebutkan bahwa selama ini banyak kasus penyiksaan yang terjadi di dalam depo Imigrasi Malaysia.
Anis meminta Kemenlu melakukan penyelidikan menyeluruh terkait jumlah buruh migran yang meninggal dan menjelaskan penyebabnya sehingga tidak menimbulkan banyak spekulasi di tengah masyarakat.
Selama puluhan tahun, pemerintah menganggap buruh migran, termasuk TKW, sebagai solusi untuk menekan angka pengangguran di dalam negeri sekaligus pemasukan devisa bagi negara. Berbagai penghargaan artifisial seperti “pahlawan devisa” disematkan seolah untuk menutupi kondisi yang memprihatinkan.
Tanpa kemauan baik pemerintah, kasus-kasus serupa akan terus terulang. Tanpa kemampuan pemerintah menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya, cerita kepiluan buruh migran akan sampai ke anak-cucu.