BANDUNG, Metasatu.com – Keterlibatan NS (27) dalam jaringan narkotika internasional belum dapat dipastikan. Mantan atlet nasional cabang olahraga sepeda BMX tersebut merupakan pacar MH, warganegara Afganistan yang menjadi otak penyelundupan 1,2 ton narkotika jenis sabu-sabu asal Iran.
Diketahui selama ini MH tinggal di Pangandaran dan menjalin asmara dengan NS. Menurut polisi, hal itu yang menyebabkan NS berada di lokasi penyelundupan di Pantai Mandasari, Rabu 16 Maret 2022 lalu. NS pun ikut diamankan petugas Subdit 1 Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Jawa Barat yang melakukan penggrebekan.
“Pada saat diamankan, status NS masih dalam penyelidikan. Keterangan yang diperoleh, belum ada keterkaitannya dengan jaringan sindikat narkoba internasional asal Timur Tengah,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo di Pusdik Intelkam Polri, Jalan Cipatik, Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Kamis (24/3/2022).
NS merupakan warga Kampung Golempang, Desa Ciliang, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. NS sempat diduga berperan membantu menyalurkan sabu dari perahu ke mobil.
Penangkapan NS sempat membuat geger mengingat dia mantan atlet sepeda nasional. Menurut Ketua Harian Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Jabar Gunaryo, semua pengurus ISSI Jabar terkejut terkait keterlibatan mantan atlet sepeda BMX tersebut.
“Ya, kami semua kaget dan prihatin. Kemarin teman-teman dari ISSI Jabar juga sudah hubungi pihak keluarga, tapi pihak keluarga menyebut dia seperti tak sengaja atau tak tahu apa yang dia bawa,” katanya, Kamis (17/3/2022) seperti dikutip dari Kompas.
Gunaryo menjelaskan, NS sudah tak aktif lagi dalam persepedaan Jabar sejak 2016. Setelah itu, NS bekerja sebagai sopir tembak. Menurut Gunaryo, sejak PON Jabar 2016, pihaknya kehilangan kontak dengan NS.
“Saya meyakini NS tak tahu yang dia bawa itu barang terlarang. Dia juga ketika menjadi atlet sepeda selalu totalitas memberikan dedikasi ke sepeda BMX seperti mewakili Porda Tasik dan PON Jabar,” katanya.
Gunaryo berharap kasus ini menjadi perhatian, utamanya kepada pemerintah daerah terhadap atlet-atlet yang memang sudah tak terpakai di atas 25 tahun.
“Ini yang harus menjadi perhatian stakeholder yang ada, termasuk pemerintah daerah untuk berikan peluang kehidupan yang layak,” ujarnya.