Hel Keta dalam Bingkai Pernikahan Eugenius dan Juliana Min Kun

Penulis:   Fredy Suni | Editor:  Yon Bayu Wahyono
oleh
Hel Keta Eugenius Suni dan Juliana Min Kun dalam budaya Timor di Noelbaki, kupang, Nusa Tenggara Timur. Foto: Fredy Suni

KUPANG, Metasatu.com – Pernikahan dalam bingkai suku Dawan Timor tidak pernah lepas dari tradisi ‘Hel Keta’ yakni fase pertama di mana kedua mempelai disatukan dalam siklus perdamaian.

Menilik ke belakang, tradisi Hel Keta bermula karena dulu nenek moyang yang berada di Nusa Tenggara Timur pernah terlibat dalam perang saudara, suku, dan berbagai kepentingan politik.

“Untuk mencairkan kembali rasa dendam, benci, marah bahkan luka batin kedua suku besar, Hel Keta sebagai jalan terbaik, terutama  kedamaian kedua mempelai. Karena mereka akan menjalani kebersamaan, melintasi bahtera rumah tangga baru dalam jangka waktu yang panjang hingga maut memisahkan keduanya” ujar tua adat Alfridus Nule dalam acara Hel Keta Eugenius Suni dan Juliana Min Kun di sungai Noelbaki, Kupang, Kamis (21/4/2022).

Alfridus juga mengatakan kearifan lokal suku Dawan Timor ini perlu dilestarikan generasi milenial Nusa Tenggara Timur. Karena Hel keta merupakan lambang identitas ‘atoin meto’ (masyarakat Dawan).

“Segala sesuatu boleh saja berubah dengan cepat di zaman sekarang, tetapi anak muda Timor juga perlu ketegasan dalam melestarikan kearifan lokal Nusa Tenggara Timur” tegasnya.

Perubahan zaman tidak semestinya mengasingkan manusia dari dirinya, sesamanya, lingkungannya, budayanya, dan juga alamnya. Karena manusia hidup dari budaya, mati pun dalam bingkai kebudayaan.

Hal senada juga dikatakan Dominggus Lake selaku pendamping dari keluarga Juliana Min Kun dalam acara Hel Keta yang berlangsung dalam suasana persaudaraan.

“Persaudaraan dari keluarga Eugenius Suni dan Juliana Min Kun mulai saat ini sudah terjalin dalam ikatan Hel keta. Perselisihan yang sudah terjadi di masa lalu bukan menjadi sesuatu yang harus disesali ataupun ditangisi kedua suku. Karena setiap orang pernah melakukan kesalahan. Sejarah kelam masa lalu harus menjadi model pembelajaran bagi kedua mempelai dalam membina bahtera rumah tangga mereka” ujarnya.

Sementara, kedua mempelai Eugenius Suni dan Juliana Min Kun kepada Metasatu mengatakan acara Hel Keta sebagai pintu rekonsiliasi atau perdamaian keluarga besar yang berasal dari daratan Timor dan  Rote.

“Kehadiran kami di sini karena berkat dukungan dari kedua orang tua dan juga keluarga besar, baik dari Kupang dan juga Rote” ujar Eugenius.

Juliana juga mengatakan tanpa suport sistem atau dukungan keluarga, acara kami tidak akan berjalan sesuai dengan harapan.

Keduanya pun menyampaikan terima kasih kepada Metasatu dan juga keluarga besar, baik yang hadir secara fisik maupun tidak. Karena pernikahan bukan hanya menerima pasangan, tetapi lebih daripada itu adalah menerima keluarga besar yang merupakan aktor terhebat sepanjang masa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *