GP Mania Bubar: Ganjar Beda di Medsos dan Keseharian

Penulis:   Yon Bayu Wahyono | Editor:  Yon Bayu Wahyono
oleh
Emmanuel Ebenezer saat memberikan keterangan pers pembubaran GP Mania. Foto: ist

JAKARTA, Metasatu.com Beberapa kelompok yang sempat menggebu-gebu mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres), mulai meninggalkan karena kecewa. Sosok Ganjar ternyata memiliki tampilan berbeda antara di media sosial, dengan keseharian sehingga tidak layak disebut sebagai penerus Presiden Joko Widodo.

“Berbeda, seperti dalam sosial media dan kesehariannya,” tegas pendiri Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) Emmanuel Ebenezer tayang akrab disapa Noel dalam jumpa pers, Kamis (9/2/2023).

Menurut Ketua Umum Jokowi Mania ini, Ganjar bukan sosok yang lapar bersama rakyat. Ganjar tidak berlari bersama rakyat, dan hanya berlari sendiri seperti dalam video-video yang diunggah oleh Ganjar.

Selain beda citra di medsos dengan kesehariannya, Noel juga memberikan sejumlah catatan yang menjadi dasar pembubaran GP Mania.

Ganjar dinilai tidak memiliki kelebihan yang bisa ditonjolkan baik hal gagasan maupun program untuk membangun Indnesia yang lebih maju dan lebih baik di masa yang akan datang.

Noel mengatakan, ia sempat mengira Ganjar sebagai sosok penerus Presiden Jokowi yang fokus bekerja untuk negara. Namun, ternyata tidak demikian. Kebijakan-kebijakan Ganjar dinilai tidak dirasakan mayoritas rakyat.

Bahkan, tingkat kemiskinan di Jawa Tengah masih tinggi selama hampir sepuluh tahun Ganjar memimpin. Sebaliknya, orang nomor satu di Jateng itu justru sibuk tampil di media sosial layaknya seorang youtuber

Seperti diketahui GP Mania sendiri lahir sejak 2021 lalu yang dibidani Jokowi Mania, organisasi relawan pendukung Jokowi pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

Bubarnya GP Mania dapat dilihat sebagai kendurnya dukungan Jokowi terhadap Ganjar. Hal ini berbeda dengan sebelumnya di mana dalam beberapa kesempatan Jokowi terkesan mengendorse Ganjar. Misalnya dalam pertemuan dengan relawannya hingga memberi kode dan gestur tertentu.

Sikap Jokowi pun menimbulkan pro-kontra karena dapat dianggap tidak netral. Sebagi kepala negara, mestinya Jokowi memberi perhatian dan perlakuan yang sama kepada semua anak bangsa yang memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *