China Raih Dua Gelar, Viktor Axelsen Tampil Luar Biasa

Penulis:   Yon Bayu Wahyono | Editor:  Yon Bayu Wahyono
oleh
Ganda Jepang Nami Matsuyama dan Chiharu Shida tersenyum lebar usai memenangi gelar Indonesia Open 2022. Foto: Yangkap layar

JAKARTA, Metasatu.com – China berhasil meraih dua gelar dari dari 4 wakil di babak final Indonesia Open 2022 di Istora Senayan Jakarta, Minggu (19/5/2022).

Tiga gelar lainnya dibagi rata antara Denmark, Jepang, dan Taiwan. Sementara para pemain Indonesia sudah menjadi penonton sejak babak semi final.

Gelar juara pertama untuk China disumbangkan ganda campuran Zheng Siwei/Huang Haqiong. Bermain cukup nyaman, Zheng/Huang mengalahkan andalan Jepang Yuta Wanatabe/Arisa Higashimo dua game langsung, 21-14. 21-16.

Setelah kalah di set pertama, Yuta/Arisa sebenarnya sempat bangkit di set kedua, dan menutup interval dengan skro 11-10. Setelah ikedua pasangan silih-berganti meraih poin sebelum Zheng/Huang tancap gas setelah skor sama 16=16 dan menutup dengan raihan poin 21-16.

China kehilangan peluang meraih gelar tunggal putri ketika pemain fenomenalnya, Wang Zhi Yi kalah pengalaman melawan Tai Tzu Ying dari Taiwan dengan skor 21-23, 21-6, 21-15.

Pemain berusia 22 tahun yang sempat membuat rentetan kejutan dengan mengalahkan sejumlah pemain unggulan termasuk Akane Yamaguchi, ratu buklu tangkis sekaligus unggulan pertama, tidak berdaya di hadapan Tzu Ying.

Wang yang mampu merebut set pertama, tampak kehilangan fokus ketika di set kedua tertinggal cukup jauh dalam perolehan poin, 0-11 dan menyerah 6-21.

Wang mencoba bangkit di game terakhir, namun kematangan Tzu Ying yang baru meraih gelar doktor, menghalanginya untuk merebut juara pertamanya di  gelaran BWF World Super 1000.

China kembali gagal meriah gelar setelah tunggal putra andalannya, Zhao Jun Peng dikalahkan Viktor Axelsen. Pemain asal Denmark itu bermain sangat taktis dan tidak memberi kesempatan Zhao mengembangkan permainan seperti ketika mengalahkan Prannoy HS dari India di babak semi final.

Viktor menutup game pertama dengan skor telak 21-9. Pertahanan Zhao tampak begitu rapuh ketika Axelsen mempertontonkan smes-smes keras dengan kecepatan hingga 375 km/jam.

Game kedua dimulai dengan Zhao yang makin tertekan dan sempat tetinggal 0-6. Viktor Axelsen kian di atas angin dan menutup interval game kedua dengan skor 11-5. Setelah itu, Axelsen terus melaju dengan selisih poin jauh sebelum menutup fame kedua dengan skor 21-10 dalam waktu 37 menit.

China meraih gelar kedua Indonesia Open 2022 dari sektor ganda putra. Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi tampil perkasa ketika mengalahkan ganda Korea Selatan Choi Sol-gyu/Kim Won-ho.

Tidak terlihat keperkasaan Choi/Kim seperti ketika menundukan ganda Denmark Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen di babak semi final. Setelah meraih 11-10 di interval babak pertama justru akhirnya kalah 21-17.

Di game kedua, permainan berlangsung sektat. Sempat mencapai game point terlebih dahulu, Choi/Kim akhirnya menyerah 21-23 melalui pertandingan yang berlangsung cukup dramatis.

Jepang juga mendapat satu gelar di sektor ganda putri setelah Nami Matsuyama/Chiharu Shida mengalahkan rekan senegaranya Yuki Fukushima/Sayaka Hoirota yang lebih senior. Smash keras dan reli panjang hingga 84 pukulan mewarnai pertandingan yang cukup seru.

Kalah di set pertama, Nami/Chiharu come back dengan merebut 2 set terakhir. Juara All England dan Korea Open 2022 itu menyudahi perlawanan Yuki/Sayaka melalui rubber set dengan skor akhir 18-21, 21-14,21-16.

Kegagalan pemain-pemain Indoensia di gelaran Indonesia Masters dan Indonesia Open 2022 harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh bagi PB Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indoensia (PBSI). Bukan hanya pemain, namun pelatih dan yang paling penting kepengurusan PBSI.

Ketegangan hubungan antara pemain dan pengurus PBSI yang sudah lama didengar, dan mencapai puncaknya ketika pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dikeluarkan dari Pelantnas.

Sudah saatnya semua pihak melupakan ego demi Merah Putih jika tidak ingin cabang bulu tangkis yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia semakin terpuruk dan tidak mampu lagi berbicara di kancah internasional yang semakin kompetitif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *