LUMAJANG, Metasatu.com — Relawan Caritas bersama Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang (TSKKM) bergotong-royong melakukan reboisasi di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di lereng gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, pada Senin (23/5/2022) pagi. Reboisasi dilakukan sebagai upaya pencegahan banjir lahar gunung Semeru.
Aksi penanaman 800 bibit pohon di kawasan tersebut melibatkan sejumlah relawan dari berbagai latar belakang dan daerah, diantaranya relawan Rumah Sadar Bencana (RSB) dan relawan Gimbal Alas Semeru, serta para mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) Malang dan penduduk warga setempat.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kapolsek Pronojiwo Iptu Wahono beserta jajarannya, Camat Pronojiwo Hindam Adri, sejumlah Kepala Desa di Kecamatan Pronojiwo, petugas perhutani dan petugas TNBTS.
Koordinator Bidang Program Lembaga Caritas, Fulgensius Mugi Santosa, menjelaskan bahwa reboisasi dilakukan untuk melestarikan hutan dan sebagai upaya penanggulangan banjir lahar gunung Semeru yang berada di kawasan tersebut.
“Penanaman pohon kami lakukan untuk mencegah bahaya banjir lahar gunung Semeru, soalnya kalau banjir, air di sudetan Paksaman itu sudah meluber dan tidak bisa lagi menampung debit air,” ujar Mugi kepada Metasatu.
Dikatakan Mugi bahwa banjir lahar dingin gunung Semeru yang saat ini kerap terjadi dikhawatirkan akan mencapai ke daerah pedesaan.
“Kalau terjadi banjir, kami khawatir lahar akan turun ke daerah permukiman penduduk, desa yang kemungkinan akan terdampak lahar yaitu di Desa Oro-oro Ombo, Desa Supiturang dan Desa Sumberurip,” paparnya.
“Untuk itu, dengan langkah cepat kami menggerakkan rekan -rekan relawan, segenap mahasiswa dan penduduk setempat, banjir bisa diatasi dengan upaya pencegahan sejak dini, yaitu dengan melakukan reboisasi,” imbuhnya.
Mugi berharap dari aksi penanaman pohon yang dilakukan, warga masyarakat di sekitar tergugah hatinya untuk bisa melestarikan dan merawat hutan dengan baik, mengingat pentingnya penghijauan guna pencegahan terhadap bahaya banjir.
Sementara itu, Kepala Desa Oro-oro Ombo, Suwarno, menjelaskan bahwa pasca erupsi gunung Semeru, pihaknya telah membuat tanggul dengan alat seadanya, namun karena seringnya banjir lahar yang didukung intensitas hujan yang cukup tinggi, akibatnya tanggul jebol kembali.
“Dulu sempat dibuat tanggul manual oleh masyarakat setempat, tapi tanggul jebol lagi akibat sering banjir. Dan kejadian itu membuat panik semua warga,” ujar Suwarno.
Suwarno, selaku Kepala Desa Oro Oro Ombo, mewakili seluruh masyarakat Pronojiwo berharap agar Pemerintah Kabupaten Lumajang khususnya BPBD Lumajang dan juga dinas terkait bisa menindaklanjuti untuk membuatkan tanggul permanen.
“Saya mewakili seluruh masyarakat, agar kecemasan masyarakat tidak berlarut-larut, kami mengharapkan pemerintah Kabupaten Lumajang agar membuatkan tanggul permanen di lereng Semeru,” harapnya.