Cahyo Sasongko, Selalu Menjaga Kedekatan dengan Konstituen

Penulis:   Gita Fetty Utami | Editor:  Yon Bayu Wahyono
oleh

Metasatu.com — Pada pemilihan legislatif tahun 2019 Partai Nasional Demokrat (NasDem) berhasil meraih empat kursi di DPRD Cilacap untuk masa bakti  2019-2024.

Salah satunya Cahyo Sasongko, SE, yang juga menjabat Sekretaris DPD Partai NasDem Cilacap. Cahyo dipercaya untuk menggawangi Badan Kehormatan sekaligus juga anggota Komisi C DPRD Cilacap yang membidangi urusan pembangunan.

Menurut Cahyo, arah kebijakan pembangunan di Cilacap adalah sesuai jargon Bupati ‘Bangga Mbangun Desa’. Sehingga titik beratnya terutama menyasar pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian masyarakat pedesaan serta wilayah perbatasan Cilacap.

Kepada wartawan Metasatu Gita Fetty Utami, Cahyo menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kepartaian dan persiapan jelang tahun politik 2024.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan Jumat (14/1/2022) di ruang Sekretariat DPD partai Nasional Demokrat Cilacap.

Apa agenda kegiatan Partai NasDem  tahun 2022?

Di awal tahun ini agendanya adalah menyelesaikan sisa agenda yang belum terlaksana di akhir tahun lalu.

Di bulan November lalu Partai NasDem ulang tahun ke 10,  diikuti Rakorwil/Kongres. Mestinya bulan Desember disusul dengan Rakerda. Namun tiap daerah berbeda-beda pelaksanaannya. Untuk Cilacap sendiri kemungkinan di bulan Januari ini.

Di Rakerda akan dibahas perkembangan partai mulai dari perekrutan, revitalisasi pengurus, dan kesiapan pengurus ranting. Kita harus berbenah karena seluruh parpol di tahun 2024 akan melakukan kontestasi, berlomba-lomba. Maka tahun 2022 ini sudah merayap, berbenah.

Apa rencana Bapak untuk 2024?

Tahun 2024 ada Pileg di bulan Februari. Sedangkan Pilkada di bulan November. Tentu saya akan berusaha mencalonkan diri kembali sebagai anggota DPR. Tapi kalau untuk Pilkada saya belum tahu. Karena harus menunggu keputusan DPP, rekomendasinya dari DPP.

Ada kabar di bawah yang menyebut Bapak akan maju di Pilkada Cilacap. Bagaimana tanggapannya? 

Itu suara masyarakat. Kita melihat fenomena di masyarakat yang menginginkan ganti kepala daerah yang merakyat. Kemudian kalau pilihan jatuh ke saya ya mengalir saja.

Karena suatu keinginan jika tidak ada support dari masyarakat tentu tidak bisa. Karena kita membawa suara dari masyarakat. Kalau masyarakat mendukung ya sudah barang tentu tidak ada orang menolak amanah.

Dan saya bagian dari partai, akan melihat instruksi dari partai.

Apakah hal tersebut akan dibahas di Rakerda? 

Ada kemungkinan, ya. Karena dalam Rakerda nanti dibahas persiapan strategi parpol, kelengkapan kepengurusan, rencana untuk pemenangan pemilu 2024.

Jika isu ini muncul di Rakerda maka akan menjadi bahan kontrol bagi DPP. Biasanya nanti inisiatif pembahasan muncul dari pengurus.

Pada Pileg lalu partai NasDem memperoleh 4 kursi di tingkat Kabupaten Cilacap. Bagaimana target untuk pemilu mendatang? 

Saya sebagai pengurus DPD, jabatan sekretaris. Karena ketua DPD ada di Jakarta maka saya yang bertanggung jawab mengurus rumah tangga partai di sini. Sesuai instruksi bahwa Partai Nasdem harus punya target pemenangan, di Jateng harus menjadi pemenang nomor 2, maka di daerah otomatis harus bertambah kursinya.

Secara realistis kita berupaya per dapil satu kursi, tetapi partai menetapkan target yang memotivasi yakni 9 kursi.

Jika nanti terbukti bisa memperoleh lebih dari jumlah kursi yang sekarang itu artinya pencapaian yang baik. Karena NasDem adalah partai yang sedang berkembang, dengan slogan anti mahar, restorasi Indonesia. Sehingga orang pasti tahu bahwa satu-satunya partai yang anti mahar politik hanya NasDem.

Ada suara minor di masyarakat terkait kinerja parpol yang hanya mendekati masyarakat jelang pemilu saja. Apa yang dilakukan Partai NasDem untuk melepaskan imej itu? 

Setelah kami dilantik menjadi anggota DPRD kami memperoleh bimtek selaku anggota parpol. Waktu itu di Jakarta. Kami memperoleh bekal ilmu, dan kami punya sumpah janji untuk mengabdi pada konstituen atau para pemilih. Sebagai anggota DPRD kami harus kembali ke masyarakat.

Khusus untuk DPD melalui fraksi Partai NasDem kita mengintruksikan anggota untuk menjaga konstituen, tetap rendah hati, dan selalu bersama masyarakat; mewujudkan dan mengawal aspirasi masyarakat. Selain itu tindakan dan perilaku tidak boleh berubah, harus amanah. Tidak boleh mengabaikan masyarakat yang datang menyampaikan aspirasi.

Karena konstituen adalah pendukung, dan politik adalah investasi jangka panjang. Bukan hanya sebatas untuk 5 tahun menjabat, tetapi ke depan juga dibutuhkan kecintaan pada partai. Kalau sudah cinta maka kita tinggal merawat, memberikan pengertian.

Kita ingin mengubah pengertian di masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa politik bisa dibeli dengan uang. Saya ingin masyarakat mengerti bahwa politik ya politik. Dilakukan atas dasar kecintaan bukan karena uang.

Walaupun uang tetap diperlukan sebagai penggerak?

Ya, memang tidak dipungkiri uang penting. Uang bisa digunakan mendapatkan jabatan, tapi tentu saja itu dilarang oleh Undang-Undang karena itu namanya money politics. Jadi tinggal bagaimana karakter orangnya saja.

Misal kita memberikan janji-janji politik jelang coblosan dengan uang. Maka sudah pasti jika dihitung dengan masa jabatan 5 tahun itu tidak berarti apa-apa.

Berbeda jika kita memberikan pemahaman pada masyarakat, bahwa anggota DPRD itu wakil kita untuk mewujudkan pembangunan. Nah, ini yang paling penting.

Bagaimana pandangan Bapak terhadap fenomena kader parpol yang melupakan janji politiknya saat kampanye? 

Itu lebih ke karakter orangnya. Mungkin setelah terpilih jadi anggota DPR merasa jadi yang terhormat.

Kalau di kita (NasDem, red) sudah diberikan pengertian bahwa DPR berasal dari masyarakat ya, kembali ke masyarakat.

Nanti setelah 5 tahun kok, terpilih lagi, itu namanya anugrah, amanat masyarakat. Bukan karena usaha sendiri. Sebab DPR itu kalau sudah tidak dipilih oleh masyarakat ya berhenti, dan balik ke masyarakat lagi. Misalkan saya tidak jadi anggota DPR lagi, saya akan kembali jadi kontraktor, background saya.

Banyak kader yang loncat pagar ketika merasa sudah tidak sejalan visi dan misi partai. Bagaimana pandangan Bapak? 

Bagi saya partai ini adalah pilihan. Pertama, satu-satunya parpol yang tidak menggunakan mahar politik adalah NasDem. Kedua, satu-satunya parpol yang punya Akademi Bela Negara adalah NasDem. Tempat membentuk karakter kader apalagi yang sudah terpilih, supaya menyerap ilmu-ilmu politik dan pemerintahan.

Ketiga, sesuai dengan manifesto politik saat didirikannya partai. Partai NasDem ingin merestorasi Indonesia agar dapat mengembalikan jati diri bangsa yang hebat seperti dahulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *