Begini Solusi Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa Tengah

Penulis:   Samsul Maarif | Editor:  SM
oleh
Banjir yang menggenangi wilayah Pantura Jawa Tengah. Foto: Ist

DEMAK, Metasatu.com – Banjir rob di kawasan pesisir pantai utara Jawa Tengah tak kunjung usai. Hasil release dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tinggi gelombang air laut Jawa cenderung naik, sehingga terjadi banjir rob.

Ketua Perkumpulan Rekso Bhumi Jawa Tengah yang konsentrasi di bidang advokasi dan pelestarian lingkungan hidup, M Kholidul Adib mengatakan, bahwa penanganan banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah harus menjadi perhatian bersama.

“Semoga banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah segera surut sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan baik dan lancar,” ujar Adib kepada Metasatu, Selasa (24/5).

Adib berharap, masyarakat memperhatikan surat edaran BMKG soal adanya kenaikan gelombang air laut di perairan laut Jawa yang telah mengakibatkan kawasan pesisir utara Jawa Tengah terkena banjir rob terutama di wilayah Semarang, Demak dan Pekalongan.

“Masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir hendaknya waspada dengan keadaan yang sedang terjadi agar musibah banjir rob tidak mengakibatkan korban jiwa, semisal para nelayan agar tidak melaut dulu,” himbaunya.

Adib menambahkan, fenomena rob telah menjadi masalah besar di pesisir utara Jawa Tengah khususnya Kota Semarang dan Demak terutama dalam dua dekade terakhir telah menyebabkan terjadinya abrasi yang sangat parah, diantaranya sebagai dampak dari reklamasi pantai Semarang yang mengakibatkan air laut akan bergeser ke wilayah yang lebih rendah seperti di wilayah pesisir Sayung.

“Apalagi struktur tanah di pesisir utara Semarang dan Demak masih labil dengan usianya yang masih muda, karena dalam sejarah–dahulunya merupakan laut. Selain itu, juga adanya penyedotan air artetis dan padatnya pemukiman serta pembangunan gedung dan pabrik di pesisir Semarang dan Demak,” terang Adib.

Adib melanjutkan, solusi yang diambil pemerintah dengan menanam mangrove dan pembangunan jalan tol di pinggir pantai Sayung diharapkan bisa mengurangi dampak abrasi dan banjir rob.

“Langkah ini diharapkan bisa mengurangi abrasi, tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana menyelenggarakan pembangunan kawasan pesisir atau kawasan hilir Semarang dan Demak yang ramah lingkungan (ekologis) dan ramah manusia (humanis),” jelas Adib.

Selain itu, lanjut Adib, perlu adanya kebijakan yang komprehenshif dengan melibatkan kalangan swasta dan masyarakat. “Maka, perlu ada penataan sanitasi, pengerukan sungai atau saluran air, pompa air dan polder yang perlu dimaksimalkan lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua KNPI Jawa Tengah yang sekaligus Wakil Ketua DPRD Demak, H Nur Wahid juga merasa prihatin atas musibah banjir rob yang menerjang wilayah Kabupaten Demak terutama Kecamatan Sayung, Karangtengah dan Bonang.

“Sudah sejak 6 tahun lalu Pemerintah Demak kita memberi masukan tapi aksinya belum nyata, karena masalah rob dan abrasi pasti akan semakin meluas dan dampaknya berpengaruh di segala sektor masyarakat terutama ekonomi warga,” ucap Wahid yang biasa disapa Cakwan.

Cakwan mengusulkan, untuk mengatasi masalah banjir rob tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus bisa merumuskan kebijakan yang lebih prioritas di Demak, terutama tanggul laut.

“Usul kami, jalan dari pesisir Bonang sampai ke Semarang bisa dibuatkan rumah pompa di setiap jalur irigasi. Dan, selaku ketua KNPI Jateng, saya meminta kepada Gubernur Jawa Tengah untuk segera membuat prioritas kebaikan penangan abrasi.” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *